Menyikapi Perbedaan Pendapat dalam Keluarga Besar
Oleh Writer, 22 Mei 2020
Ramadhan dan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) dua hal yang berbarengan terjadi di tahun 2020 ini. Sebenarnya PSBB sudah dimulai dari beberapa waktu sebelum datangnya bulan Ramadhan, awal penetapan PSBB adalah selama 2 minggu, tapi ternyata situasi masih belum memungkinkan PSBB diberhentikan hingga saat ini.
PSBB dimaksudkan untuk membatasi mobilitas orang agar terputusnya rantai penyebaran virus Corona. Seperti yang kita ketahui bahwa virus Corona ini adalah virus yang penularannya adalah lewat air liur. Air liur ini sering tanpa disadari dikeluarkan seseorang, ketika ia berbicara, batuk, atau bersin. Karenanya selain mobilitas dibatasi, setiap orang juga kini diwajibkan mengenakan masker. Walaupun pada awal masuknya virus ini ke Indonesia, yang wajib mengenakan masker adalah orang yang sedang sakit. Kini pada kenyataannya kita tidak tahu siapa sajakah yang sudah terpapar virus ini. Wajib masker dan pembatasan sosial lah yang diberlakukan.
Sudah hampir sebulan umat Muslim menjalankan puasa. Tradisinya setelah bulan puasa sebulan penuh, pada hari lebaran kita mengadakan silaturahmi. Berkumpulnya seluruh anggota kuluarga besar untuk bersilaturahmi di masa PSBB ini adalah hal yang ternyata menjadi tantangan tersendiri. Ini adalah tantangan untuk keluarga-keluarga yang tinggal dalam satu kota. Jadi teringat sebuah peribahasa, “Rambut boleh sama hitam, tapi isi kepala siapa yang tahu.” Peribahasa ini seakan terngiang-ngiang belakangan ini terkait acara silaturahmi keluarga besar. Ada keluarga yang memang memahami bahwa PSBB ada untuk dilakukan, tapi ada juga yang berpendapat berbeda. Perbedaan pendapat memang adalah hal yang lumrah, apalagi di negara demokrasi, tapi bagaimana menyelaraskan perbedaan ini adalah tantangan tersendiri. Dalam keluarga besar tentulah ada banyak orang-orang yang ‘dituakan’, tidak bisa juga dengan lantangnya anak yang masih muda menyuarakan pendapat tanpa sopan santun. Semua orang baik itu tua atau pun muda bisa berpendapat, tapi ingat bahwa ini adalah keluarga. Dalam keluarga tentunya ada sopan santun dan kasih sayang. Bagaimana menyampaikan pendapat dengan memperhatikan dua hal tersebut adalah ‘sesuatu’.
Intinya setiap pendapat itu ada dengan dasar kasih sayang. Ingin bersilaturahmi offline karena saling menyayangi dan melepas rindu. Memilih untuk bersilaturahmi online juga karena didasari kasih sayang agar setiap orang bisa tetap terjaga kesehatannya. Bagaimana menyikapi kemungkinan adanya perbedaan pendapat inilah dan saling mengkomunikasikannya yang menjadi kuncinya. Jangan sampai juga perbedaan pendapat malah membuat tujuan silarurahmi ini malah menjadi tidak sesuai.
Selamat menjalani bulan Ramadhan!
Artikel Terkait
Artikel Lainnya